Sabtu, 27 November 2010

Sequence wahyu

Surah AN NAJM (Bintang)


Wahyu berikutnya, ke 23, setelah surah al Ikhlaash adalah surah An Najm. Dalam mush-haf ditempatkan pada urutan ke 53. Tidak terlihat adanya kaitan peristiwa antara surah ini dengan surah sebelumnya.

Surah ini, masih menggambarkan ketidak-serasian hubungan masyarakat Quraisy dengan Muhammad SAW dalam hal risalah yang dibawanya, yang sudah berlangsung sejak awal kerasulan.

Wahyu ini cukup panjang, 62 ayat. Ada beberapa riwayat mengenai latar belakang surah ini (asbabun nuzul), namun hanya berkaitan dengan ayat-ayat tertentu saja. Oleh karena itu besar kemungkinan setiap surah yang panjang, maka ayat-ayatnya tidak turun sekaligus. Misalnya, menurut tafsir Jalalain, ayat ke 32 (QS53:32) diturunkan di Madinah.

Kandungan Surah

A’udzubillaahi minasysyaithaanirrajiim

Bismillaahirrahmaanirrahiim

1. Wannajmi idza hawa.

Artinya: Demi (sebuah) bintang ketika terbenam.

Surah yang diawali dengan kata sumpah dimulai lagi. Kini dengan sumpah atas nama bintang. Delapan surah setelah surah Al ‘Aadiyat (QS100), setiap awal surah tidak lagi mempergunakan kata yang berarti sumpah.

An Najmu : Artinya sebuah bintang. Kebanyakan mufasir menyatakan bintang pada umumnya. Atau bintang yang mana saja. Abdullah Yusuf Ali menyisipkan, bahwa bintang yang dimaksud mungkin bintang Kartika. Sebuah bintang yang ikut terbenam dengan matahari mulai pertengahan bulan April, dan di akhir bulan Mei, ia akan muncul berbarengan matahari terbit. Demikianlah terjadi setiap tahun.

Adapun penyebutan bintang, sesuai dengan kebiasaan kaum pagan selalu merujuk kepada kekuatan-kekuatan mistik. Sebagaimana Bintang Timur atau Lucifer disimbolkan bagi Raja Babilonia (Perjanjian Lama, Yesaya 14: 12) atau sebagaimana kelahiran Yesus ditandai dengan bintang di Timur (Matius 2:2). Dan, Nabi Ibrahim nyaris meyakini bintang adalah Tuhan (QS6:76). Terkadang sebutan ahli nujum (jamak dari najm) banyak diarahkan kepada dunia ramal meramal tentang nasib seseorang. Masih senyawa dengan perdukunan. Tentunya sangat berbeda dengan ilmu astronomi.

Bersumpah dengan sebutan bintang, Allah akan mengalihkan perhatian manusia dari dunia mythos ke dunia realitas.

Hawaa. Hawaa-yahwi dalam bentuk kata kerja berarti turun atau tenggelam. Namun dalam bentuk kata benda atau kata sifat, berarti : keinginan, kecintaan atau kecenderungan. 37 kali, Al Qur-an menggunakan kata dari akar kata hawaa ini dengan beberapa variasi makna. Akan kita dapati pada ayat berikutnya.

Untuk ayat ini, arti harfiyah sudah cukup mewakili maksud yang dituju. Yaitu bintang yang terbenam, akibat rotasi bumi yang bergerak ke arah timur

2. Maa dlalla shahibukum wamaa ghawaa.

Artinya: Sahabat kalian itu (yakni Muhammad) bukanlah orang tersesat dan bukan pula orang yang salah-keyakinan.

Muhammad dinyatakan sahabat mereka. Dalam rangka pendekatan psikis. Seakan mengembalikan suasana sebagaimana dulu – sebelum wahyu turun – semuanya bersahabat. Tentu saja hal ini berbeda dengan istilah sahabat pada perjalanan kerasulan dan Islam selanjutnya.

Masyarakat Quraisy sebenarnya tidak serta-menolak tanpa alasan. Alasan penolakan terhadap apa yang dikatakan Muhammad, yakni bahwa Muhammad salah lihat. Salah lihat sangat mungkin terjadi karena berbagai hal. Sehingga menimbulkan ketidak wajaran. Maka tujuan dari kata : dlolla dan ghowa mengacu kepada arti salah lihat. Dalam bahasa Indonesia arti dlalla dan ghawa sulit dibedakan. Karena keduanya diartikan : Sesat, penyimpangan atau salah jalan. Sebagai contoh. Kita angkat bagian akhir QS20:121 sebagai berikut :